BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasit
adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah tuan
rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit.
Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk
mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah kesehatan manusia
yang terinfeksi. parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita
infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh
dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit
kulit yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu skabies dan pedicolosis.
Skabies adalah
penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman sarcotes scabie yaitu seperti
tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan
menimbulkan papul, vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit.
Insidensnya di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa
Barat. Amiruddin dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo
Surabaya, menunjukkan insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%.
Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens
skabies 0,6% pada tahun 1995-1998.
Pedicolosis adalah
penyakit yang juga disebabakan oleh parasit obligat pediculus humanis yang
menyerang pada kulit badan, kulit kepala, rambut dan daerah pubis.
Persentase
penderita pediculus di Indonesia 20% pada tahun 2002-2009 dalam penelitian
pediculosis di rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya menunjukan penderita pediculosis
0,5% pada tahun 1999-2003.
Perawat merupakan
bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan
intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi
kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan
pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan
memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan
dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari skabies
dan pediculosis tersebut.
Oleh karena itu
penulis tertarik untuk mengangkat materi skabies dan pediculosis dalam penulisan makalah ilmiah.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan skabies dan
pediculosis
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari
penulisan makalah ini, yaitu :
a.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian skabies dan pediculosis
b.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab skabies dan pediculosis
c.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien skabies dan pediculosis
d.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
penatalaksanaan pada pasien dengan skabies dan
pediculosis
1.3 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan
studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik
kesimpulan. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan
sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Mekanisme Infeksi
Parasitik Pada Kulit
Penyakit kulit
parasit pada manusia yang sangat umum. Mereka umumnya dikelompokkan menjadi 3
kategori, yaitu sebagai berikut :
1.
Infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit protozoa
Protozoa adalah parasit yang paling menonjol
menginfeksi manusia. Ada beberapa spesies parasit protozoa yang menginfeksi
manusia dan menyebabkan infeksi kulit yang parah. Paling menonjol di antara ini
adalah parasit yang disebut sebagai tropica Leishmania yang menyebabkan
leishmaniasis atau Kala Azar. Lain infeksi protozoa penting adalah
Trypanosomiasis, juga dikenal sebagai penyakit Chagas atau penyakit tidur.
Penyakit ini disebabkan sebagai akibat infeksi dengan cruzi Evansi. Toksoplasmosis
adalah satu lagi infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit protozoa yang
gonadii yaitu Toxoplasma. Dalam semua infeksi, parasit yang ditularkan kepada
manusia melalui lalat. gejala penting termasuk gatal ekstrim dan tampilan nodul
yang mendapatkan ulserasi dalam beberapa bulan.
2.
Infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau
Kelompok lainnya penting dari parasit yang menginfeksi
manusia dan menyebabkan infeksi kulit tungau. terkenal infeksi kulit yang
disebabkan akibat infestations tungau ke dalam kulit manusia termasuk kudis,
gatal butir, gatal tungau Chiggers ', tikus kutu gatal, gatal toko kelontong
itu, Trombidosis.
3.
Infeksi kulit yang disebabkan oleh agen yang lain
Terlepas dari protozoa dan tungau, ada juga agen lain
yang mampu menyebabkan infeksi kulit pada manusia. Ini termasuk kutu, kutu,
kutu busuk dan nematoda. Semua ini adalah parasit yang memakan darah manusia.
Menonjol Beberapa penyakit yang disebabkan oleh agen termasuk Pediculosis (yang
disebabkan oleh kutu), Cimicosis (reaksi kulit kronis yang disebabkan oleh
gigitan kutu busuk), Pulicosis (yang disebabkan oleh karena bekas gigitan
kutu), Culicosis (yang disebabkan karena gigitan nyamuk) dan merambat letusan
(penyakit yang disebabkan akibat infeksi seperti nematoda Ancylostoma, Ascaris
dan cacing tambang).
Jenis Parasit Kulit Manusia:
1. Kutu kepala, juga dikenal sebagai humanus
capitis Pediculus medis, adalah berkaki enam
parasit yang hidup di kulit kepala. Berbaring kutu putih telur dikenal sebagai
nits, yang menetas di sekitar 7 hari menjadi peri. Peri pada gilirannya tumbuh
menjadi kutu dewasa dalam 7 hari lain. Kutu hidup yang mereka menyedot darah
dari kulit kepala. Sebagai gigitan kutu kulit kepala, hal itu menyebabkan
gatal-gatal dan hal ini dapat menyebabkan luka karena orang yang terinfeksi
akan goresan di mana kulit kepala yang gatal.
2. Kutu kemaluan, medis dikenal sebagai Phthirus
pubis, mirip dengan kutu kepala tetapi parasit ini hidup di rambut
kemaluan. Kadang-kadang, mereka diketahui menginfeksi janggut, bulu mata, alis,
dan rambut di ketiak. Mereka lebih sering disebut sebagai kepiting karena
mereka terlihat sangat mirip dengan mereka. Kemaluan kutu menyebabkan
gatal-gatal yang parah, yang lebih nyata pada malam hari sejak kutu menguburkan
kepala mereka ke folikel rambut untuk memberi makan.
3. Kudis ini disebabkan karena tungau, yang secara medis
dikenal sebagai Sarcoptes scabiei. Tungau liang yang dangkal
di bawah kulit untuk meletakkan telur dan pakan. Kudis infeksi menyebabkan
benjolan merah di kulit yang tampak seperti jerawat. Kadang-kadang lubang dapat
dilihat sebagai garis bergelombang. Kudis terjadi lebih umum antara lipatan
kulit seperti anyaman antara jari-jari, di dalam siku atau di belakang lutut.
4. Chiggers juga tungau yang hidup di gulma dan rumput
tinggi. Larva pegangan ke rambut tubuh manusia dengan cakar dan kemudian
melampirkan diri pada kulit. Sini mereka memakan sel-sel kulit. Parah Chiggers
menyebabkan gatal dan ruam kulit.
Parasit mengevasi imunitas
protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host.
Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama
siklus hidup dalam host vertebrata. Dua bentuk variasi antigenik:
a. Stage-specific change dalam ekspresi antigen, misalnya
antigen stadium sporosit pada malaria berbeda dengan antigen merozoit.
b. Adanya variasi lanjutan antigen permukaan mayor pada
parasit, misalnya yang terlihat pada Trypanosoma Afrika: Trypanosoma brucei dan
Trypanosoma rhodensiensi. Adanya variasi lanjutan kemungkinan karena variasi
terprogram dalam ekspresi gen yang mengkode antigen permukaan mayor.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor
imun selama berada dalam host. Misalnya larva Schistosomae yang berpindah ke
paru-paru host dan selama migrasi membentuk tegumen yang resisten terhadap
kerusakan oleh komplemen dan CTLs.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun
dengan hidup di dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap
efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan
ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.
4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai
mekanisme untuk masing-masing parasit. Misalnya Leishmania menstimulus
perkembangan CD25 sel T regulator, yang menekan respon imun. Contoh lain pada
malaria dan Tripanosomiasis yang menunjukkan imunosupresi non spesifik.
Defisiensi imun menyebabkan produksi sitokin imunosupresi oleh makrofag dan sel
T aktif serta mengganggu aktivasi sel T.
2.2 Konsep Dasar Penyakit
Skabies
Pengetahuan dasar
tentang penyakit ini di prakarsai oleh VON HEBRA, bapak dermatologi modern.
Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh BENOMO pada tahun 1687, kemudian oleh
MELLANBY dilakukan percobaan induksi pada sukalerawan selama perang dunia II.
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var.
Humini.s (Adhi Djuanda. 2007)
Scabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh tungau (mite)
yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N,
2005)
Scabies adalah penyakit zoonosis
yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia
yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei
(Buchart, 1997)
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka
bumi ini.
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau
kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau
kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna
putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan
kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di
lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah,
2002)
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda,
kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali
itu terdapat S. Scabiei yang lain,
misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna puith kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara
330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah
kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh
betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari,
dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8-12 hari.
Faktor resiko dari skabies ini adalah :
a. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada
anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
b. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaanya berhubungan
erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan,
rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada
tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan
mandi bersih-bersih.
c. Skabies inkognito
Obat steroid topikal
atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi
tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal yang lama dapat
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
penurunan respon imun seluler.
d. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit
kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi) :
a. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.
b. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya
oleh Sarcoptes scabiei betina yang
sudah dibuahi atai kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
3. Patofisiologi
Kelainan
kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoiriasi, krusta dan infeksi
sekunder
|
Agen
|
|
||
|
Transmitter
|
|
||
Kontak
langsung
|
|
kontak tidak langsung
|
||
|
host
|
|
||
|
Membentuk kanakuli (terowongan)
|
|
||
|
Sela
jari,tangan,siku, pergelangan tangan
|
|
||
|
Sensitivitas
terhadap secret
|
|
||
|
|
|
||
|
Timbul papul,
vesikel, urtika
|
|
||
|
Gatal
|
|
||
|
|
|
||
|
Klien menggaruk
|
|
||
|
Ulkus, erosi,
ekkovarasi
|
|
||
|
|
|
||
|
|
|
Skema Patofisiologi Skabies 2.1
4. Manifesati Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardial berikut ini :
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok,
misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena
infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.
c. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi
(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum
korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan
lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala
dan wajah.
d. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup
agen parasitik ini, merupakan hal yang paling diagnostik.
Pada pasien yang
menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala
sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul
likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.
5. Diagnosis Banding
Ada pendapat mengatakan penyakti skabies ini merupakan
the great immator karena dapat
menyerupai penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah
: pitriaris rosea, tinea versikolor, pedikulosis korporis, prurigo, dermatitis,
liken planus dan berbagai penyakit kulit lainnya dengan keluhan gatal.
6. Komplikasi
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu
atau bulan, dapat timbul
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
skabies dapat menimbul komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
d. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian
yang terlalu sering.
7. Penatalaksanaan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan
dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara
bersama-sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat
yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan
sisa-sisa kulit yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat
tidur, handuk dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang
sangat panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
f. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan
agar tetap bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena
sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan
efektif, maka dapat dilakukan penatalakasanaan.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua
stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara
pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
a. Belerang endap
(sulfur presipitatum) 4-20 %
dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh
kurang dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,
mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat
20-25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi
iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena
heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 %
dalam bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada
gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan
efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan
, dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu
menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat
(krotamiton) Tersedia 10 % dan 25%
dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal.
Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada
50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan
setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian.
Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di tambahkan
air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat
yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei
dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa
sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies
subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan
antibiotik sistemik.
8. Progonsis
Dengan memperhatikan pemilihan dan pemakaian obat,
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat
diberantas dengan memberi prognosis yang baik.
2.3 Konsep Dasar Penyakit
Pedikulosis
Pedikulosis adalah
infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus tergolong famili Pediculidae
(Ronnny P Handoko). Sedangkan menurut Brunner & Suddart, 2002
pedikulosis adalah infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis,
mengenai daerah-daerah yang berambut. Dan menurut Arif Monsjoer, 2002
Pedikulosis adalah infeksi kulit dan rambut pada manusia yang disebabkan oleh
parasit obligat pediculus humanis.
Jadi, dapat
disimpulkan pengertian pedikulosis yaitu infeksi yang terjadi pada kulit
manusia baik itu kulit badan, kulit kepala dan kepala serta pada daerah pubis
yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis. Dan pedikulosis terdiri
dari kapitis, korporis, dan pubis.
1. Pedikulosis Kapitis.
Pedicolosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala
atau tuma yang disebut pediculls humanus capitis pada kulit kepala. Tuma betina
akan meletakkan telur-telurnya ( nits ) didekat kulit kepala. Telur ini akan
melekat erat pada batang rambut dengan suatu subtansi yang liat. Telur akan
menetas menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturitasnya
dalam tempo 2 minngu.
Penyakit ini terutama menyerang anak usia muda dan
cepat meluas dalam lungkungan hidup yang padat, misalnya di asrama dan panti
asuhan. Cara penularannya biasanya melalui perantara benda, misalnya sisir,
bantal, kasur, topi, dan lain-lain. Tambahan pula dalam kondisi hygiene kurang
baik, misalnya jarang membersihkan rambut atau rembut yang relatif susah
dibersihkan (seperti rambut yang panjang dan tebal pada wanita).
a.
Etiologi
Kutu ini mempunyai 2
mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika sudah menghisap darah. Terdapat 2 jenis
kelamin jantan dan betina, yang betina ukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebarnya
lebih kurang ½ panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit
dibanding betina.
Siklus hidupnya
melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan disepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut,
yang berarti makin ke ujung terdapat telur yang matang.
b.
Patofisiologi.
Kelainan kulit yang
timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilang kan rasa gatal. Gatal tersebut
timbuk karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam
kulit waktu menghisap darah. Patofisiologi dapat dilihat pada skema 2.2
pediculus humanus var capitis
menyerab kulit kepala
pediculus humanus var capitis betina menetaskan telurnya
telur melekat pada rambut
menetas dalam 2 minggu
pediculus humanus var capitis
muda
menghisap dan menggigit kulit
kepala
gatal
Gangguan rasa nyaman
klien menggaruk kulit
ulkus, erosi ekskovrasi
Kerusakan integritas kulit
Risiko tinggi infeksi
Skema Patofisiologi Pedikulosis 2.2
c.
Manifestasi Klinis.
Gejala awal berupa gatal,
terutama pada daerah oksiput dan temporal serata dapat meluas ke seluruh
kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosi, ekskoirasi, dan infeksi
sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal
akibat banyaknya pus dan krusta (plikapelonika), berbau busuk, disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular).
d.
Pemeriksaan Penunjang.
Diagnosis pasti
adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicari di daerah oksiput dan
temporal. Telur berwarna abu-abu dan berkilat.
e.
Diagnosis Banding
1. Tinea Kapitis.
2. Pioderma (Impetigo krustosa)
3. Dermatitis seboroika.
f.
Penatalaksanaan.
Pengobatan bertujuan
memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi sekunder. Pengobatan
yang dianggap baik ialah malathoin
0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray, tetapi sukar didapat. Cara
pemakaian : malam sebelum tidur cuci rambut dengan sabun kemudian oleskan losio
malathion dan tutup kepala dengan kain. Keesokkan harinya cucui rambut dengan
sabun lalu sisir dengan serit (sisir halus dan rapat). Pengobatan dapat
diulangi lagi seminggu kemudian jika masih terdapat kutu atau telur.
Obat yang mudah
didapat dan cukup efektif ialah krim gameksan 1%. Cara pemakaian :
oleskan merata pada tiap helai rambut dan diamkan selama 12 jam, cuci dan sisir
rambut dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jiak msih terdpat
telur, seminggu kemudian ulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi
benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama.
Pada keadaan infeksi
sekunder berat sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan antibiotik sistemik dan
topikal, lalu disusul dengan obat kutu dalam bentuk sampo. Hygiene merupakan
syarat supaya tidak terjadi residif.
2. Pedikulosis Korposis
a.
Pengertian.
Infeksi kulit
disebabkan oleh Pediculus humanus var.
corporis. Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang
dengan hygiene yang buruk, misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang mandi
atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut
penyakit vagabound. Hal ini
disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas disela-sela
lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyebaran penyakit
ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang
memakai baju yang tebal dan jarang dicuci. Cara penyebaran dapat melalui
pakaian maupun kontak langsung. Pada orang yang dadanya berambut terminal kutu
ini dapat melekat pada rambut tersebut dan dapat ditularkan.
b.
Etiologi
Pediculus humanus var. corporis mempunyai 2 jenis kelamin, yaitu jantan dan betina,
yang betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira setengah
panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini
sama dengan yang ditemukan pada kutu kepala.
c.
Patofisologi
Kelainan kulit yang
timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal ini
disebabkan oleh liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap darah.
d.
Manifestasi Klinis
Daerah kulit yang
terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam ( leher,
badan, dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan ditempat
ini, kutu melekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya.
Gigitan kutu menyebabkan titik-titik pendarahan yang kecil dan khas. Ekskoryasi
yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa gatal dan perbuatan
menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher. Diantara lesi
sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang paralel dan
ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus yang menahun, kulit pasien menjadi
kebal, kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna
gelap.
e.
Pemeriksaan Penunjang
Menemukan kutu dan
telur pada serat kapas pakaian.
f.
Diagnosis Banding
Neurotic excoriation.
g.
Penatalaksanaan
Pengobatannya ialah
dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24
jam, setelah itu mandi. Jika belum sembuh diulangi 4 hari kemudian. Obat lain
ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian direbus atau
disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat infeksi sekunder, obati
dengan antibiotik secara sistemik dan topikal.
3. Pedikulus Pubis
a.
Definisi
Pedikulus pubis ini
ialah infeksi rambut didaerah pubis dan disekitarnya oleh Phthirus pubis. Pedikulus pubis dulu dianggap Phthirus pubis secara morfologi sama dengan Pediculus, maka itu di namakan juga Pediculus pubis. Tetapi ternyata morfologi keduanya berbeda, Phthirus
pubis lebih kecil dan lebih pipih.
Penyakit ini mengenai
orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS serta dapat pula mengenai jenggot
dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu di alis dan
bulu mata (misalnya blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala. Cara
penularan umumnya dengan kontak langsung.
b.
Etiologi
Penyebab penyakit ini
ialah Phthirus pubis. Kutu ini
mempunyai 2 jenis kelamin, yang betina lebih besar dari pada jantan, panjangnya
sama dengan lebar ialah 1-2 mm.
c.
Patofisiologi
Gatal yang timbul
sama dengan proses pada pedikulosis yang lainnya. Patofisiologi dapat dilihat
pada skema 2.3
Agen
Transmitter
Kontak langsung/kontak tidak langsung
host
Menyerang kulit badan dan pubis
Menggigit dan menghisap darah
Liur dan eksreta melekat pada
kulit
Gatal
Gangguan pola tidur
Bercak-bercak kemerahan dan
keabuan pada kulit badan d an pubis
Gangguan body image
Skema Patofisiologi
Pedikulosis Korporis dan Pubis 2.3
d.
Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah
gatal di daerah pubis dan di sekitarnya, dapat meluas sampai ke abdomen dan
dada, dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut
sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan susah
untuk dilepaskan karena kepalanya di masukkan ke dalam muara folikel rambut.
Gejala patogenomonik
lainnnya adalah black dot, yaitu
bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang terlihat
saat bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta yang berasal yang sering
di interprestasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi
sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
e.
Pemeriksaan Penunjang.
Menemukan telur atau
kutu dalam bentuk dewasa.
f.
Diagnosis Banding
Ø
Dermatomikosis
Ø
Dermatitis seboroika
g.
Penatalaksanaan
Pengobatannya sama
dengan pengobatan pedikulosis korporis, yaitu krim gameksan 1% atau emulsi
benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan
diulangi 4 hari kemudian, jiak belum sembuh. Sebaiknya rambut kelamin dicukur,
pakaian dalam direbus atau disetrika. Mitra seksual harus pula diperiksa dan
jika perlu di obati.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SKABIES
DAN PEDIKULOSIS
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Indentitas terdiri dari nama,
jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan saat didata.
Klien merasakan gatal,
ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal yang dirasakan. Kulit
klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan,
rambut dan pubis ( personal hiygine yang buruk )
c. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga
dan perawat baik tetapi hubungan dengan
masyarakat kurang baik karena klien merasa malu akibat penyakit yang diderita.
d. Data biologis
Ø
Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan
akibat penyakit yang diderita.
Ø
Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
Ø
Eliminasi
Pola eliminasi teratur.
Ø
Personal hygnies.
Personal hygnies klien buruk.
Ø
Pola aktifitas.
Aktivitas terhambat akibat
penyakit yang diderita.
Ø
Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan umum: keadaan umum klien lemah
·
Kesadaran:
composmetis
·
Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya ada
papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.
·
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit
terasa kasar.
·
Kulit kepala: Pada klien
Pedicolosis ditemukan telur-telur dirambut pada oksiput terdapat kurang dari 10
ekor kutu dewasa dan ditemukan impetigo sekunder dan furunkulosis.
·
Badan: pada penderita pedicolosis
terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-perubahan urtikaria, papula
erithematosa yang awet, lesi tampak jelas
·
Pubis: Pada penderita pedicolosis rambut pubis didapatkan phthirus pubis
dan ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang merupakan titik-titik darah dan
terdapat dalam jumlah banyak.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien skabies dan pediculus yaitu:
1. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya erosi
2. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak baik.
3. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan pruritas/gatal.
4. Gangguan body image
berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder.
3.3 Perencanaan Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
|
1
2.
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
Resiko infeksi
berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan primer
|
Tidak terjadinya
gangguan integritas kulit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kreteria hasil:
Integritas kulit
membaik ditandai dengan tidak tampak terjadinya erosi
Mengindentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan resiko infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam dengan kreteria hasil:
Tidak terjadi
infeksi dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi
|
1. Anjurkan
kepada klien untuk berhenti menggaruk
2. Jaga agar kuku selalu terpangkas
3. Kolaborasi pemberian obat topical
1.
Observasi
tanda-tanda infeksi dan peradangan
2.
Lakukan pemakaian
kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi
3.
Kolaborasi
pemberian antibiotik
|
1. Menggaruk bisa menyebabkan erosi pada kulit
2. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit
karena garukan
3. Menghilangkan
erosi pada kulit
1. Demam dapat terjadi karena adanya infeksi
2.
Kompres basah akan
menghasilkan pendinginan lewat pengisapan yang menimbulka vasokonstriksi
pembuluh darah kulit dengan demikian akan mengurangi eritema serta produk
serum
3.
Pencegahan
terjadinya infeksi
|
|
3.
|
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan gatal yang
Dirasakan
|
Kebutuhan
istirahati tidur dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakan 2x24 jam dengan
kreteria hasil:
Klien mencapai tidur yang nyenyak
|
1.
Lakukan pengkajian
masalah gangguan tidur klien, krakteristik, penyebab gangguan tidur
2. Siapkan tempat tidur, batal dan selimut yang nyaman
dan bersih
3. Hindari minuman yang mengandung kafein menjelang
tidur
4. Kolaborasi pemberian obat antihistamin
|
1. Memberikan informasi dasar dalam menentukan
intervensi keperawatan
2. Meningkatkan kenyamanan saat tidur
3. Kafein menghilangkan rasa ngantuk
4. Mengurangi
rasa gatal
|
|
4
|
Gangguan body image
berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
|
Tidak terjadi gangguan citra tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kreteria
hasil:
1. klien dapat menerima keadaan dirinya
2.
klien tidak malu
bersosialisasi dengan orang lain
|
1.
Kaji psikososial
perkembangan klien
2.
Berikan kesempatan
kepada klien untuk mengungkapkan tentang perubahan citra tubuh
3.
dukung upaya klien
untuk memperbaiki citra diri
4.
Beri nasehat kepada
klien mengenai cara-cara perawatan kosmetik untuk menyembuyikan kondisi kulit
yang abnormal, mendorong sosialisai dengan orang lain, dan bantu pasien
kearah penerimaan diri
|
1. Terdapat hubungan antara psikososial perkembangan,
citra diri, reaksi, serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya
2. Pasien memerlukan pengalaman didengarkan dan
dipahami
3. Meningkatkan penerimaan klien terhadap dirinya
4.
Pendekatan dan
sasaran yang positif sering kali membantu klien dalam peningkatan penerimaan
diri dan sosialisasi
|
|
3.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah
langkah terakhir dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini perawat
mempertimbangkan efektif tidaknya tindakan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Evaluasi yang dapat
dilakukan pada implamentasi keperawatan diatas yaitu:
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya
erosi, Integritas kulit klien membaik, tidak terdapat ulkus dan erosi.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan primer, Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang
dirasakan, Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi, klien dapat tidur dengan
nyenyak dan rasa gatal berkurang atau hilang.
d. Gangguan body image yang berhubungan dengan perubahan
penampilan sekunder, Klien dapat menerima keadaan diri dan tidak malu untuk
bersosialisasi kepada orang lain
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Jenis Penyakit
|
Definisi
|
Etiologi
|
Manifestasi
|
Penatalaksanaan
|
Skabies
|
Skabies (The
itch, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei var, hominisi dan
produknya.
|
Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya kambing
dan babi.
|
1.
Pruritus (gatal
pada malam hari).
2.
Penyakit ini
menyerang manusia secara. Berkelompok
3.
Kunikulus (adanya).
Terowongan
4.
Menemukan tungau
satu atau lebih.
|
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 %
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 %
3. Gama benzena heksaklorida
4. Benzilbenzoat (krotamiton)
5. Permethrin
|
Pedikulosis
|
Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia
yang disebabkan oleh Pediculus
(tergolong famili Pediculidae).
|
1. Pediculus humanus
var. capitis.
2. Pediculus humanus
var. corporis.
3. Pediculus pubis.
|
1. Gejala awal berupa gatal, terutama pada daerah
oksiput dan temporal serata dapat meluas ke seluruh kepala.
2. Kadang-kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional.
3. Gejala patognomonik lainnnya adalah black dot.
|
1. Malathoin 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau
spray.
2. Gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh
dan didiamkan 24 jam.
3. Gameksan 1% atau emulsi benzil benzoat 25% yang
dioleskan dan didiamkan selama 24 jam.
|
4.2 SARAN
1. Untuk Perawat
Perawat harus bisa
memahami bagaimana cara menangani klien dengan
penyakit skabies dan pedikulosis, dan
melakukan pengkajian.
2. Untuk instansi
Untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan
secara berkesinambungan.
3. Untuk klien dan keluarga
Perawatan tidak kalah
pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab bagaimanapun teraturnya
pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang
diharapkan tidak akan tercapai. oleh sebab itu perlu adanya penjelasan baik
pada klien maupun keluarganya mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
4. Untuk Mahasiswa.
Mahasiswa harus bisa
mengetahui konsep dasar penyakit skabies
dan pediculus dan asuhan keperawatan
untuk menangani dan mencegah.
5. Masyarakat
Agar masyarakat bisa
memahami gejala dan pencegahan pada
penyakit skabies dan pediculus
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
wahhh keren ....
Posting Komentar