MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Disusun
Oleh :
Ai
Neni Indriani
2B
Akper Ypib Majalengka
AKADEMI
KEPERAWATAN YPIB MAJALENGKA
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan DHF, Hemofilia, Thalasemia ” ini dengan
lancar.
Penulisan Makalah ini terbentuk dari hasil tugas
individu yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang diberikan
oleh Ibu
Hera Hijriani, S.Kep.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak
mengalami kesulitan yang di sebabkan oleh kurang spesifiknya informasi yang di
dapatkan penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, penulis menyadari
bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu kritik serta saran yang
membangun dari pembaca penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Majalengka, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah............................................................................ 2
1.3 Metode Penulisan........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
2.1 DHF ............................................................................................................. 3
2.2 Hemofilia...................................................................................................... 6
2.3 Thalasemia.................................................................................................... 8
BAB III KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Asuhan Kerawatan DHF............................................................................. 11
3.2 Asuhan
Keperawatan Hemofilia.................................................................. 13
3.3
Asuhan Keperawatan Thalaemia................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 20
4.2 Saran.............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hematologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari darah, organ
pembentuk
darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul darinya.
Thalassemia merupakan kelainan hematologi yang jarang dijumpai baik di klinik
maupun di lapangan. Thalassemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan
herediter dimana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida
terganggu. Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang diturunkan yang
disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan. hemofilia A timbul jika ada
defek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII) sedangkan
hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX).
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya
dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD
ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini
ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan
adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu
berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
Pada tahun 2002 pasien Hemofilia yang telah terdaftar di seluruh
Indonesia mencapai 757, diantaranya 233 terdaftar di Jakarta, 144 di Sumatra
Utara, 92 di Jawa Timur, 86 di Jawa Tengah dan sisanya tersebar dari Nanggroe
Aceh Darussalam sampai Papua.
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
A.
Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan
makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan penyakit
DHF, Hemofilia, dan Thalasemia pada anak
B.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah diharapkan
mahasiswa mampu:
1.
Mengetahui pengertian DHF, Hemofilia, dan Thalasemia
2.
Mengetahui etiologi DHF, Hemofilia, dan Thalasemia
3.
Mengetahui patofisologi DHF, Hemofilia, dan Thalasemia
4.
Mengetahui manifestasi klinis DHF, Hemofilia, dan Thalasemia
5.
Mengetahui penatalaksanaan pada DHF, Hemofilia, dan
Thalasemia
6.
Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada DHF, Hemofilia,
dan Thalasemia
1.3 Metode Penulisan
Metode yang dipakai penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah dengan cara pengumpulan data dengan kategorisasi dan klasifikasi
tertulis yang berhubungan dengan makalah yang brsumbr dari e-book dan internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
DHF ( DENGUE HEMORAGIK
FEVER )
A.
Definisi
DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )
B.
Etiologi
Penyebab DHF adalah
Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dn Aedes Aegepty )
C.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit
DHF adalah :
a. Meningkatnya suhu tubuh
b.
Nyeri pada otot seluruh tubuh
c.
Suara serak
d.
Batuk
e.
Epistaksis
f.
Disuria
g.
Nafsu makan menurun
h.
Muntah
i.
Ptekie
j.
Ekimosis
k.
Perdarahan gusi
l.
Muntah darah
m. Hematuria masih
n.
Melena
D. Klasifikasi DHF Menurut
WHO
1.
Derajat I
Demam
disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet
positif )
2.
Derajat II
Derajat
I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3.
Derajat III
Kegagalan
sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )
4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
E. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 %
atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
2.
Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
3.
Rontgen Thorac = Effusi Pleura
F.
Penatalaksanaan
1.
Medik
a.
DHF tanpa Renjatan
Ø Beri minum banyak ( 1 ½ -
2 Liter / hari )
Ø Obat anti piretik, untuk
menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
Ø Jika kejang maka dapat
diberi luminal ( antionvulsan ) untuk
anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit
kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB
Ø Berikan infus jika terus
muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
Ø Pasang infus RL
Ø Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
Ø Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2.
Keperawatan
a.
Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
Ø Pemeriksaan Hb, Ht,
Trombocyt tiap 4 Jam
Ø Observasi intik output
Ø Pada pasienDHF derajat I :
Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam
beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
Ø Pada pasien DHF derajat II
: pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala
seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit
perut, beri infus.
Ø Pada pasien DHF derajat
III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital
tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht
dan thrombocyt.
b.
Resiko Perdarahan
Ø Obsevasi perdarahan :
Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
Ø Catat banyak, warna dari
perdarahan
Ø Pasang NGT pada pasien
dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c.
Peningkatan suhu tubuh
Ø Observasi / Ukur suhu
tubuh secara periodic
Ø Beri minum banyak
Ø Berikan kompres
2.2
HEMOFILIA
A.
Definisi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital
karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX
(Hemofilia B).
B.
Etiologi
Penyebab Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor
pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).
C.
Pathofisiologi
Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang
diturunkan oleh gen resesif x-linked dari pihak ibu. Faktor VIII dan faktor IX
adalah protein plasma yang merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan
darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cidera. Hemofilia
berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma kurang dari
1 %. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1 % - 5 %. Hemofilia ringan
apabila konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal. Manifestasi klinis
yang muncul tergantung pada umur anak dan deficiensi faktor VIII dan IX. Hemofilia
berat ditandai dengan perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma
yang relatif ringan.
Tempat perdarahan yang paling umum di
dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha. Otot yang tersering
terkena adalah flexar lengan bawah, gastrak nemius, & iliopsoas.
D.
Manifestasi Klinis
1. Masa Bayi (untuk
diagnosis)
a.
Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b.
Ekimosis subkutan di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat
berumur 3-4 bulan)
c.
Hematoma besar setelah infeksi
d.
Perdarahan dari mukosa oral.
e.
Perdarahan Jaringan Lunak
2.
Episode Perdarahan (selama
rentang hidup)
a. Gejala
awal : nyeri
b. Setelah nyeri : bengkak, hangat dan penurunan mobilitas)
3.
Sekuela Jangka Panjang
Perdarahan berkepanjangan
dalam otot menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
E. Komplikasi
1.
Artropati progresif, melumpuhkan
2. Kontrakfur otot
3. Paralisis
4. Perdarahan intra cranial
5. Hipertensi
6. Kerusakan ginjal
7. Splenomegali
8. Hepatitis
9. AIDS (HIV) karena terpajan
produk darah yang terkontaminasi.
10. Antibodi
terbentuk sebagai antagonis terhadap faktor VIII dan IX
11. Reaksi
transfusi alergi terhadap produk darah
12. Anemia
hemolitik
13. Trombosis
atau tromboembolisme
F.
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1.
Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
2.
Jumlah trombosit (normal)
3.
Masa protrombin (normal)
4.
Masa trompoplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan
faktor koagulasi intrinsik)
5.
Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan trombosit
dalam kapiler)
6.
Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan
diagnostik)
7.
Masa pembekuan trompin
8.
Biapsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh
jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
9.
Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)
2.3
THALASEMIA
A.
Definisi
Thalasemia
merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi kerusakan sel darah merah
didalam pembluh darah sehingga umur erirosit menjadi pendek ( kurang dari 100
hari ).
Thalasemia
merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif,
secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara
klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor ( Mansjoer, Kapita Selekta
Kedokteran, 2000 : 497 )
B.
Proses patologi
Hemoglobin
pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa dan beta polipeptide.
Dalam beta thalasemia, ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam proses
sintesis molekul hemoglobin rantai beta, Konsekuensi adanya peningkatan
compensatory dalam proses pensintesisan rantai alfa dan produksi rantai gamma
tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptida
yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mubah terpisah dan merusak sel
darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi
proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jmlah yang banyak, atau
setidaknya sumsum tulang ditekan dengan proses trannfusi. Kelebihan Fe dari
penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif
disimpan dalam berbagai organ ( hemosiderosis )
C.
Manifestasi klinis
1. Letargi
2.
Pucat
3.
Kelemahan
4.
Anorexia
5.
Diare
6.
Sesak nafas
7.
Pembesaran limfa dan hepar
8.
Ikterik ringan
9.
Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki.
10. Penebalan tulang kranial
D.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
darah :
a. Hb
Kadar Hb 3 – 9 g%
b.
Pewarnaan SDM
Anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell, tear
drop cell.
2. Gambaran sumsum tulang
eritripoesis hiperaktif
3. Elektroforesis Hb :
a. Thalasemia alfa :
ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
b.
Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % (N :
<= 1 %)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM HEMATOLOGI
3.1
ASUHAN KEPERAWATAN DHF
A.
Pengkajian
1. Kaji riwayat Keperawatan
2. Kaji adanya peningkatan
suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai,
nyeri otot dan tanda – tanda renjatan (
denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada
ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )
B. Diagnose Keperawatan
1. Kekurangan
Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam
2.
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksivirus
5.
Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi
anak
C. Perencanaan
1. Perfusi jaringan
Adekwat
a. Mengkaji dan mencatat
tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah ,
Cappilary Refill )
b. Mengkaji dan mencatat
sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
c. Menilai kemungkinan
terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri ,
pembengkakan kaki )
2.
Kebutuhan nutrisi adekwat
a.
Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak.
Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
b.
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
c.
Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tetapi sering
d.
Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama
e.
Mempertahankan kebersihan mulut pasien
f.
Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk
penyembuhan penyakit
3.
Mempertahankan suhu tubuh normal
a.
Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
b.
Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
c.
Lakukan “ tepid sponge”
( seka ) dengan air biasa
d.
Tingkatkan intake cairan
e.
Berikan terapi untuk menurunkan suhu
f.
Mensupport koping keluarga Adaptif
g.
mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga
terhadap situasi yang penuh stress
h.
Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara
panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
i.
Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa besar
keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
D. Implementasi
1. Mencegah
terjadinya kekurangan volume cairan
2. Mengobservasi
tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
3. Monitor tanda –
tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun
cekung, produktie urin menurun
4. Mengobservasi
dan mencatat intake dan output
5. Memberikan
hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
6. Memonitor nilai
laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
7. Mempertahankan
intake dan output yang adekwat
8. Memonitor dan
mencatat berat badan
9. Memonitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam
10. Mengurangi
kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA
A.
Pengkajian
- Pengkajian sistem neurologik
a.
Pemeriksaan kepala
b.
Reaksi pupil
c.
Tingkat kesadaran
d.
Reflek tendo
e.
Fungsi sensoris
- Hematologi
a.
Tampilan umum
b.
Kulit : (warna pucat, petekie, memar, perdarahan membran
mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena)
c.
Abdomen (pembesaran hati, limpa)
- Kaji anak terhadap perilaku verbal dan nonverbal yang mengindikasikan nyeri
- Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya tempat perdarahan dan meluasnya kerusakan sensoris, saraf dan motoris.
- Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (misal : menyikat gigi)
- Kaji tingkat perkembangan anak
- Kaji Kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan dan kemampuan menatalaksanakan program pengobatan di rumah.
- Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, Rr).
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko injuri b.d perdarahan
2.
Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
3.
Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada
sendi dan jaringan lain.
4.
Perubahan proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius
C.
Intervensi Keperawatan
DP I
Tujuan : Menurunkan risiko injuri
Intervensi :
1.
Ciptakan lingkungan yang aman dan memungkinkan proses
pengawasan
2.
Beri dorongan intelektual / aktivitas kreatif
3.
Dorong OR yang tidak kontak (renang) dan gunakan alat
pelindung : helm
4.
Dorong orang tua anak untuk memilih aktivitas yang dapat
diterima dan aman
5.
Ajarkan metode perawatan / kebersihan gigi.
6.
Dorong remaja untuk menggunakan shaver hindari ROM pasif
setelah episode perdarahan akut.
7.
Beri nasehat pasien untuk mengenakan identitas medis.
8.
Beri nasehat pasien untuk tidak mengkonsumsi aspirin, bisa
disarankan menggunakan Asetaminofen.
DP II
Tujuan : Sedikit atau tidak
terjadi perdarahan
Intervensi :
1.
Sediakan dan atur konsentrat faktor
VIII + DDAVP sesuai kebutuhan.
2.
Berikan pendidikan kesehatan untuk pengurusan penggantian
faktor darah di rumah.
3.
Lakukan tindakan suportif untuk menghentikan perdarahan
·
Beri tindakan pada area perdarahan 10
– 15 menit.
·
Mobilisasi dan elevasi area hingga
diatas ketinggian jantung.
·
Gunakan kompres dingin untuk vasokonstriksi.
DP III
Tujuan :
Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan intensitas atau skala nyeri yang
dapat diterima anak.
Intervensi :
1.
Tanyakan pada klien tengtang nyeri yang diderita.
2.
Kaji skala nyeri.
3.
Evaluasi perubahan perilaku dan psikologi anak.
4.
Rencanakan dan awasi penggunaan analgetik.
5.
Jika injeksi akan dilakukan, hindari pernyataan “saya akan
memberi kamu injeksi untuk nyeri”.
6.
Hindari pernyataan seperti “obat ini cukup untuk orang
nyeri”.
7.
“Sekarang kamu tidak membutuhkan lebih banyak obat nyeri
lagi”.
8.
Hindari penggunaan placebo saat pengkajian/ penatalaksanaan
nyeri.
DP IV
Tujuan : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas
fisik.
Intervensi :
1.
Elevasi dan immobilisasikan sendi
selama episode perdarahan.
2.
Latihan pasif sendi dan otot.
3.
Konsultasikan dengan ahli terapi fisik untuk program latihan.
4.
Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan terapi
fisik untuk supervisi ke rumah.
5.
Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6.
Diskusikan diet yang sesuai.
7.
Support untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi sendiri
DP V
Tujuan : Klien dapat menerima support adekuat.
Intervensi :
1.
Rujuk pada konseling genetik untuk identifikasi kerier
hemofilia dan beberapa kemungkinan yang lain.
2.
Rujuk kepada agen atau organisasi
bagi penderita hemofilia.
3.3 ASUHAN KEPERAWATAN THALASEMIA
- Pengkajian
1.
Pengkajian fisik
a.
melakukan pemeriksaan fisik
b.
kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia
(pucat, lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada, menurunnya
aktivitas, anorexia, epistaksis berlang )
c.
Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.
2.
Pengkajian umum
a.
Pertumbuhan yang terhambat
b.
Anemia kronik
c.
Kematangan sexual yang tertunda.
3.
Krisis vaso Occlusive
a.
Sakit yang dirasakan
b.
Gejala yang dirasakan berkaitan dengan ischemia daerah yang
berhubungan:
·
Ekstrimitas :
kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang menjalar.
·
Abdomen : terasa sakit
·
Cerebrum : troke,
gangguan penglihatan.
·
Liver :
obstruksi, jaundice, koma hepaticum.
·
Ginjal :
hematuria
Efek dari
krisis vaso occlusive adalah:
·
Cor :
cardiomegali, murmur sistolik.
·
Paru – paru :
ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
·
Ginjal : Ketidakmampuan memecah senyawa
urine, gagal ginjal.
·
Genital :
terasa sakit, tegang.
·
Liver :
hepatomegali, sirosis.
·
Mata :Ketidaknormalan lensa yang
mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang menyebabkan terganggunya lapisan
retina dan dapat menimbulkan kebutaan.
·
Ekstrimitas :Perubahan
tulang – tulang terutama menyebabkan bungkuk, mudah terjangkit virus Salmonella,
Osteomyelitis.
B.
Diagnosa Keperawatan:
1.
Perubahan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen selular
yang penting untuk menghantakan oksigen murni ke sel.
2.
Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan
pemakaian dan suplay oksigen.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
selera makan.
4.
Koping keluarga inefektif b.d dampak penyakit anak terhadap
fungsi keluarga.
C.
Intervensi
1.
Tingkatkan oksigenasi jaringan, pantau adanya tanda – tanda
hipoksia, sianosis, hiperventilasi, peningkatan denyut apex, frekwensi nafas
dan tekanan darah.
2.
Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi
pemakaian oksigen.
3.
Pantau peggunaan produk darah, kaji tanda reaksi transfusi (
demam, gelisah, disritmia jantung, menggigil, mual, muntah, nyeri dada, urine
merah / hitam, sakit kepala, nyeri pinggang, tanda – tanda shock / gagal ginjal
).
4.
Pantau adanya tanda – tanda kelebihan cairan sirkulasi (
duispnea, naiknya frekwensi pernafasan, sianosis, nyeri dada, batuk kering )
5.
Minimalkan atau hilangkan nyeri.
6.
Cegah infeksi, kaji tanda infeksi, demam, malaise, jaringan
lunak dan limfonodus meradang / bengkak.
7.
Pantau tanda komplikasi : Kolaps vaskuler dan shock,
splenomegali, infark tulang dan persendian, ulkus tungkai, stroke, kebutaan,
nyeri dada, dispnea, pertumbuhan dan perkembagan yang tertunda.
8.
Berikan penjelasan kepada anak sesuai usia dan tentang
prosedur perawatan di rumah sakit.
9.
Beri dukungan kepada anak dan keluarga.
10. Anjurkan anggota keluarga
melakukan screening BBL dan anggota keluarga.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro
podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS
dan AEDES AEGEPTY ), Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )
2.
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena
anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia
B). Penyebab Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII
(Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).
3.
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi
kerusakan sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur erirosit menjadi
pendek (kurang dari 100 hari ).
4.2 Saran
1.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca,
terutama mahasiswa keperawatan
2.
Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
3.
semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai
diskusi dan forum terbuka
0 komentar:
Posting Komentar